Arsip

Archive for Januari, 2011

Budidaya Ikan Balita

Januari 7, 2011 7 komentar

Blog ini kami pindahkan ke Http://pelakuukm.blogspot.com.

Silahkan kunjungi blog baru kami dan simak berbagai artikel terbaru serta informasi lainnya menyangkut kegiatan usaha kecil menengah di Indonesia

Booming ikan mas balita sejak tahun 1997 ternyata menginspirasi banyak petani ikan untuk memanen ikan tawar lebih cepat. Jika sebelumnya ikan balita identik dengan ikan mas, kini berbagai ikan air tawar seperti nila, nilem, mujaer, lele, hingga gurame mulai banyak dipanen untuk dijadikan camilan ikan balita goreng kering.

Selain ikan mas balita, kini ikan nila balita dan nilem balita mulai diminati dan cukup digemari masyarakat. Selain sebagai lauk, ikan balita juga bisa dijadikan buah tangan. Sebut saja ikan mas balita yang dijadikan oleh-oleh khas Bogor, dan ikan nilem balita yang sejak lama terkenal sebagai oleh-oleh khas Tasikmalaya.

Syarat Budidaya

Baik ikan nila mapun ikan nilem bisa dibudidaya disetiap daerah yang memiliki aliran sungai atau selokan yang belum tercemar oleh limbah pabrik. Namun ikan nila sangat cocok dibudidaya di dataran rendah dengan ketinggian 0-700 mdpl, dan suhu 26-30 derajat. Nila juga sangat toleran terhadap kadar garam, sehingga bisa hidup dan tumbuh berkembang di air payau sekalipun. Sentra budidaya ikan nila menyebar di beberapa daerah seperti Cirata Jatiluhur, Cianjur, Tasikmalaya, Sukabumi, Gresik, Lamongan, Bali, Jambi, Lubuk Linggau, Karang Intan, serta Minahasa.

Nila Gift (Genetic Improvement for Farmed Tilapia) merupakan jenis ikan yang paling banyak dibudidaya untuk dijadikan nila balita. Pasalnya nila jenis ini lebih pesat pertumbuhannya dibandingkan dengan ikan mas. Nila jenis ini bisa dipanen dalam tempo 1 bulan. Hebatnya lagi dari 1 liter benih nila jenis ini bisa menghasilkan 100 kg nila balita, sedangkan ikan mas hanya sekitar 50-60 kg saja.

Sementara itu untuk nilem hanya cocok dipelihara di iklim sejuk dengan ketinggian mulai dari 150-1000 mdpl, tetapi yang paling baik adalah pada ketinggian 800 mdpl, dengan suhu antara 18-28 derajat.

Meskipun pertumbuhan ikan nilem tidak se-pesat ikan nila, namun ikan nilem sangat rendah biaya produksinya. Hal ini karena selama masa pembesaran dari banih menjadi ikan balita cukup memakan lumut dan plankton yang tumbuh secara alami di kolam. Hanya saja, untuk menumbuhkan pakan alami tersebut perlu memberikan kotoran ayam/pupuk kandang kedalam kolam.

Hal yang juga penting pada usaha ikan balita adalah sirkulasi air yang lancar. Untuk itu, budidaya ikan balita harus memiliki aliran air yang masuk kedalam kolam dengan kedalaman antara 50-70 cm. Dengan demikian gas amoniak dari kotoran ikan tidak menumpuk dan dapat menimbulkan penyakit.

Sangat Menjanjikan

Prospek usaha ikan balita ini sangat menjanjikan, karena jika budidaya pembesaran ikan nila maupun nilem perlu waktu antara 5-6 bulan, ikan nila balita sudah bisa dipanen sejak usia 1 bulan. Selain waktu panen yang singkat, harga jual ikan balita ke supermarket, katering dan restoran itu sangat tinggi. Untuk nila balita mencapai harga Rp.45 ribu/kg setelah dibersihkan bagian dalamnya.

Sementara itu untuk ikan nilem yang dipanen usia 2,5-3 bulan dijual dengan harga Rp.14 ribu/kg dari petani, Rp.17-20 ribu/kg bila dijual ke supermarket. Harganya bisa mencapai Rp.15 ribu/100 gram bila telah digoreng kering dan dikemas dalam plastik.

Mengingat pelaku usaha ini masih belum banyak, tentu peluangnya masih terbuka lebar. Apalagi permintaan baru terpenuhi sekitar 70% saja. Sebagai contoh saja, permintaan ikan nila balita perbulan saja lebih dari 4 ton, sedangkan dari tiap pemasok supermarket rata-rata hanya mampu menghasilkan 50-100 kg/minggu.

Pemasaran

Memang pelopor booming ikan balita adalah Katering dan Restoran Karuhun di Bogor, yang menyajikan menu ikan mas balita. Seiring permintaan yang terus meningkat, saat ini permintaan bukan hanya datang dari pengusaha restoran maupun katering. Permintaan juga banyak datang dari supermarket. Namun sayang, karena petani ikan juga melayani permintaan dari petani pembesaran ikan, akibatnya satu orang petani belum bisa memasok langsung ke supermarket, padahal selisih harga yang besar berada pada tingkat tengkulak. Petani masih belum bisa menyanggupi permintaan supermarket, jadi kebanyakan mereka jual ke tengkulak.

Kendala

Kendala penyakit budidaya ikan balita bisa dikatakan tidak ada. Hanya saja pada saat musim hujan bisa terjadi serangan virus yang membuat kulit ikan timbul bercak-bercak. Kalaupun ada kematian paling banyak hanya 10%.

Pemasaran yang terbatas ditingkat tengkulak juga jadi kendala untuk memperbesar tingkat keuntungan. Namun karena keterbatasan lahan dan modal yang diminta sebagai jaminan bila petani memasok produk ke supermarket dan pembayaran tempo membuat petani memilih menjualnya pada tengkulak.

Untung Besar

Usaha ini memang sangat menguntungkan. Selain waktu panen yang singkat, penggunaan pakan yang minim membuat usaha ini kecil biaya produksinya. Tak heran jika petani nilem balita bisa memperoleh keuntungan hingga 88%, karena nilem termasuk herbivora, jadi hanya memakan lumut dan plankton, paling hanya diberi dedak sesekali. Kunci suksesnya adalah menggunakan kolam tanah yang memiliki aliran air sungai dan untuk menumbuhkan lumut dan plankton sebagai makanan alami, bisa dibuat sistem polikultur atau longyam, yaitu membudidaya ayam diatas kolam ikan. Dengan begitu kotoran ayam langsung jatuh kedalam kolam yang menyuburkan tanah sehingga memungkinkan untuk lumut dan plankton sebagaipakan alami dalam kolam.

Note:

Kunjungi juga artikel tentang ikan bawal air tawar dan bawal laut, pembibitan ikan konsumsi, serta teknik pemijahan ikan mas

Usaha Bertani Jagung Manis dan Jagung Muda

Januari 2, 2011 29 komentar

Blog ini kami pindahkan ke Http://pelakuukm.blogspot.com.

Silahkan kunjungi blog baru kami dan simak berbagai artikel terbaru serta informasi lainnya menyangkut kegiatan usaha kecil menengah di Indonesia

Kurangnya pasokan jagung di dalam negeri, membuka arus impor jagung semakin membesar. Kebutuhan akan jagung di dalam negeri yang cukup besar ini menjadikan prospek usaha budidaya jagung sangat menjanjikan untuk digarap. Hal ini bisa dilihat dari data yang diperoleh oleh Dewan Jagung Nasional, bahwa sepanjang tahun 2010 jumlah impor jagung Indonesia mencapai 1 juta ton, sedikit menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 2 juta ton.

Jagung inpor tersebut bukan hanya untuk tujuan konsumsi rumah tangga, melainkan juga untuk industri pakan ternak, hingga produksi bioetanol dari jagung. Saat ini ada dua jenis jagung yang harganya cukup meroket di supermarket dan pasar modern. Yang pertama adalah jagung manis yang dijual Rp.13 ribu/kg, dan yang kedua adalah jagung muda yang dijual Rp.15-16 ribu/kg. Menariknya, permintaan pun makin menjulang.

Jenis Jagung

Untuk membedakan jagung manis dengan jagung biasa bisa dilihat dari warna rambut yang keluar dari ujung tongkol. Jagung manis rambutnya cenderung berwarna putih, sedangkan jagung biasa berwarna merah kecoklatan. Jagung manis juga memiliki warna bulir/biji lebih kuning muda karena mengandung lebih banyak tepung. Jika melewati proses penjemuran, jagung biasa akan menjadi keriput, sedangkan jagung manis akan mengeras namun tidak menciut atau keriput seperti jagung biasa.

Salah satu banih jagung manis yang asaat ini tengah banyak di budidaya adalah jenis F1 Bisi 2 Sweet yang dijual dengan harga Rp.30 ribu/kg. Benih ini memiliki tingkat kemanisan mencapai 13-18 briks, lebih tinggi dari jagung biasa yang umumnya hanya mencapai 9-11 briks. Meski demikian, jagung manis ini tetap aman bagi penderita diabetes, karena rasa manis yang dihasilkan dari fruktosa (sejenis polimer gula yang sering disebut sebagai gula buah), bukan glukosa. Adapun beratnya 300-500 gram.

Dan yang disebut sebagai jagung muda adalah jagung tanpa bulir pada tongkolnya, sehingga dikategorikan sebagai sayuran. Tingginya permintaan jagung muda tidak lepas dari banyaknya perusahaan katering, hotel, hingga penyedia makanan sehat yang menggunakan jagung yang dipanen muda ini. Ukurannya yang tidak lebih dari 10 cm ini juga memiliki berat yang cukup ringan, sekitar 60 tongkol/kg.

Kunci sukses budidaya jagung muda terletak pada pembuangan bunga jantan yang baru mekar 2 hari atau saat tanaman jagung berumur 70 hari. Dengan demikian tidak akan terjadi pembuahan, sehingga tidak tumbuh bulir pada tongkol jagung. Jagung siap dipanen pada usia 75 hari.

Budidaya

Secara umum, jagung bisa ditanam pada dataran tingnggi maupun rendah antara ketinggian 0-1300 mdpl dengan suhu 21-32 derajat celcius, pH 6-7, dan curah hujan bulanan sekitar 100-125 mm. Jagung juga dapat tumbuh baik pada kondisi tanah lembab, subur, dan drainase baik. Percambahan benih jagung optimal adalah pada suhu 30 derajat.

Sementara itu petani yang menanam jagung manis maupun jagung muda banyak ditemukan di Cirebon, Cisarua , Cimahi, Ngamprah, Garut, Nagrek, Grobogan, Malang, Madura, Lampung, Makasar, Gorontalo, dan lainnya..

Agar jagung tumbuh dengan subur, maka harus dilakukan pemupukan sebanyak 250-300 kg urea/ha, 200 kg SP36/ha, 75-100 kg KCl/ha. Adapun jarak tanam antar baris 75-80 cm, antar tanaman dalam satu baris 20-25 cm, dengan lubang tanam 3-5 cm yang ditanami 1-3 benih. Dalam waktu 50 hari biasanya terjadi pembungaan dan pada umur 75 hari jagung muda sudah mulai bisa di panen, sedangkan untuk jagung manis di panen pada usia 110-125 hari.

Pemasaran

Rantai jalur pemasaran jagug adalah petani menjual jagung pada tengkulak yang mengambil langsung dari kebun petani. Oleh tengkulak biasanya ditimbang sesuai kebutuhan, untuk tujuan supermarket jagung grade A, dan jagung grade B masih dengan klobot (kulit) untuk tujuan pasar induk. dari supermarket serta pasar induk baru jagung bisa sampai ke tangan konsumen.

Harga jagung muda di tingkat petani mencapai Rp.5-6 ribu/kg, tingkat pengepul Rp.7-8 ribu/kg, tingkat pemasok supermarket Rp.12 ribu/kg, dan di supermarket Rp.16-16 ribu/kg. Antara grade A dan B perbedaannya hanya Rp.1.000/kg. Tingginya perbedaan harga antara pemasok supermarket dengan tengkulak disebabkan karena adanya proses pembersihan dan pengemasan oleh pihak pemasok supermarket.

Adapun jagung muda yang masuk kriteria grade A antara lain harus muda, bentuk seragam, ukuran sedang tidak terlalu besar (sekitar 10-12 cm) dan bersih. Kriteria grade B adalah jagung tidak mulus atau ompong, tidak seragam, kurang bersih, dan ada bagian yang patah. Sedangkan untuk grade C ukurannya terlalu besar, melebihi grade A.

Sementara itu, untuk jagung manis, yang masuk grade A harus memiliki berat 300-500 gram/buah dengan bentuk tongkol mulus dan mengkilat yang dijual ke tengkulak dengan harga Rp.2.500-3.000/kg. Dari tengkulak lalu dijual ke supermarket dengan harga Rp.5-7 ribu/kg, dan harga jula di supermarket mencapai Rp.13 ribu/kg. Sedangkan untuk grade B dengan ukuran kurang dari 300 gram atau lebih dari 500 gram, bentuk tidak mulus, bii jagung ada yang tidak sempurna/ompong dan dijual dengan harga p.1.500-2 ribu/kg. Dari tengkulak dijual ke pedagang pasar dengan harga Rp.3 ribu/kg dan dijual ke konsumen dengan harga Rp.4 ribu/kg.

Sampai saat ini sebagian besar jagung yang dijual di supermarket di pasok oleh pemasok, bukan dari petani langsung. Siapapun memiliki kesempatan untuk menjual langsung ke supermarket, asal mampu memenuhi kualitas, kuantitas dan kontinuitasnya. Maka itu, pemasok jagung, maupun komoditas lain sekarang ini masih dikuasai pemasok yang memiliki jaringan dengan petani di beberapa daerah dan bermodal besar, karena pembayaran jagung dilakukan secara tunai sedangkan pembayaran pasokan jagung dari supermarket dibayar mundur 1-2 bulan.

Meski terlihat dari selisih harga jual tengkulak memiliki untung paling besar, siapa bilang untung petani menjadi minim. Karena banyak petani jagung yang sukses meraup omset puluhan juta dalam sekali masa panen. Menanam jagung muda memang lebih menguntungkan dari jagung manis, mengingat waktu panen yang lebih singkat dan harga yang lebih tinggi.