Arsip

Archive for Mei, 2009

BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK

Blog ini kami pindahkan ke Http://pelakuukm.blogspot.com.

Silahkan kunjungi blog baru kami dan simak berbagai artikel terbaru serta informasi lainnya menyangkut kegiatan usaha kecil menengah di Indonesia

Peduli kesehatan dan back to nature, ternyata mampu meningkatkan permintaan sayuran organik. Tingginya permintaan ini banyak datang dari kalangan menengah atas yang memilih sayuran organik daripada sayuran anorganik. kondisi demikian dikatakan Ketua Umum Masyarakat Pertanian Organik Indonesia, Dr. Zaenal Soedjais menjadi sebuah peluang usaha sangat bagus untuk dikembangkan. Bukan hanya petani sayuran organik yang mengalami lonjakan permintaan, produsen pupuk dan pestisida organik, penjual bibit hingga pedagang eceran sayuran organik akan mengalami hal serupa. Apalagi permintaan sayuran organik pun banyak datang dari luar negeri seperti Singapura, Malaysia, Eropa dan Amerika. Tentu hal ini membuka peluang bagi petani sayuran organik untuk melakukan ekspor ke negara-negara tersebut. Tetapi masalahnya, kata Soedjais untuk memenuhi permintaan di dalam negeri saja petani sayuran organik sudah kewalahan sehingga untuk sementara orientasi pasar ekspor dilupakan.

Dakuinya, target pasar yang memungkinkan saat ini adalah supermarket. Namun karena permintaan supermarket biasanya sangat besar sedangkan rata-rata produksi petani organik masih terbatas, maka banyak petani ber-partner dengan supplier sayuran organik yang lebih besar. Melalui supplier ini, sayuran organik yang segar itu dipasok ke supermarket atau memenuhi permintaan ekspor.

Menurut Soedjais, inti budidaya organik yakni budidaya yang bebas dari residu bahan anorganik (kimia) mulai dari pembukaan lahan, pemupukan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, penggunaan pestisida sampai penanganan pasca panen. Pakar Hortikultura Dr.Ir Anas D Susila, MSi sekaligus Kepala University Farm mengatakan budidaya sayuran organik yang paling menguntungkan adalah sayuran daun (leave vegetable) daripada sayuran buah. Pasalnya, teknik pemeliharaan sayuran daun lebih mudah, murah, dapat ditanam dimana saja dan siklus perputaran produksinya cepat. Hal inipun diakui Santoso Kurniawan, pemilik Pa Tani Organik yang menanam berbagai sayuran daun di Desa Cibeureum Bogor, Jawa Barat. “Budidaya sayuran daun hanya perlu waktu 3 minggu sudah bisa dipanen sehingga perputaran usaha lebih cepat,” papar Putro. Sedangkan sayuran buah hanya bisa tumbuh dengan baik dilahan tertentu karena memerlukan unsur hara lebih tinggi. Lahan demikian biasanya ditemui didataran tinggi seperti kawasan Puncak Bogor, Lembang Bandung, serta Malang Jawa Timur.

Bisa Dilahan Sempit

Menurut Anas, pada dasarnya berbudidaya sayuran organik bisa dilakukan dimana saja asalkan tanahnya subur. Sayuran seperti bayam, sawi, katuk, pak choy, caisim, selada, kangkung dan kemangi adalah sayuran paling menguntungkan jika dibudidaya. Menariknya lagi, budidaya sayuran pun bisa dilakukan dilahan sempit seperti pekarangan yang berukuran tidak begitu luas. Namun jika untuk skala usaha lahan seluas 1 hektar masih kategori sempit.

Budidaya sayuran organik dilahan sempit pun bisa dilakukan ibu-ibu rumah tangga hanya dipekarangan rumah. Sayuran musiman yang bisa cepat panen seperti bayam, kangkung, selada, pakcoy, caisim bisa jadi pilihan. Jika tak mau repot mengolah lahan, penanaman sayuran organik bisa ditanam dalam polybag, kaleng bekas, baskom atau ember yang disusun berjejer di rak bertingkat yang terbuat dari kayu. Dengan media tanam campuran tanah dan kompos 1:1 serta penyiraman 2 kali sehari, sayuran tersebut bisa dipanen dalam waktu 3 minggu. Untuk mendapatkan bibit sauyuran organik ini bisa diperoleh di petani sayuran organik, toko pertanian, atau menyemainya sendiri.

Harga 3 Kali Lipat

Besarnya permintaan sayuran organik menyebabkan harga sayuran ini jauh lebih tinggi. Harganya bisa 3 kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan harga komoditi sayuran anorganik. Hal itu diungkapkan Soedjais, dan dibenarkan Tri Judadmadji pemilik Agro Lestari Organik. Kendati sejak mengubah haluan menjadi petani sayuran organik, produksinya menurun 30-40% namun biaya produksinya berupa pembelian pupuk dan pestisida juga menurun 30-40%. Tak pelak keuntungan yang Ia peroleh cukup besar lantaran harga jual sayuran organik bisa 3 kali lipat. Misalnya saja buncis anorganik dijual dengan harga Rp.2.500/kg sedangkan organik Rp.7.500 – 8.000/kg.

Untuk memperoleh keuntungan lebih besar, cara berikut bisa diterapkan. Pertama, pilih sayuran yang cepat panen misalnya sayuran baby (baby caisim, baby pak choy) yang hanya berumur 1 minggu. Kedua, pupuk dan pestisida sebaiknya dibuat sendiri. Ketiga, pilihlah sayuran kualitas baik dan lalu diberikan dan dikemas denga packaging yang menarik lengkap dengan label produk dan barcode-nya. Yang perlu diingatsetiap proses produksi dilaksanakan benar-benar secara organik. Karena tak jarang konsumen, supplier atau supermarket berani bayar tinggi tidak hanya melihat hasil produknya tetapi juga melihat proses produksinya.

Kendala Usaha

Kendati usaha sayuran organik sangat menguntungkan namun bukan berarti tanpa kendala. Menurut Tri, serangan hama penyakit sering mengurangi jumlah produksi. Untuk itu penggunaan pertisida organik juga mampu mencegah serangan penyakit seperti ulat, kepik, atau kutu. Selain itu bisa juga mencegah serangan hama menggunakan screen/kelambu untuk menghalau hama.

Sementara itu apabila pengolahan tanah dilakukan secara organik biasanya tanaman jarang terkena serangan hama. Tanah harus digemburkan dan diberi kompos yang terbuat dari kotoran hewan da rerumputan yang dicampur dan didiamkan selama 2 bulan. Namun untuk mempercepat proses pengomposan bisa ditambahkan bakteri (EM4). Teknologi ini merupakan teknologi terbaru dibidang pertanian dengan proses dekomposisi selama composting oleh bakteri seperti Aktinomycesnaeslundii, Lactobacillus species delbrueckii, Bacillus Brevis, Saccharomyces Cerevisiae, ragi dan jamur serta Cellulolytic Bacillus. Sementara itu ada pula mikroorganisme Mikoriza yang membantu pengikatan unsur hara agara tanaman lebih banyak menyerap unsur hara.

Selain menyemprotkan pestisida alami buatan Ia memakai sistem cropping tanaman yakni 1 lahan tanah ditanami lebih dari 1 jenis sayuran. Namun untuk menjaga kesuburan tanah, akan lebih baik bila dilakukan pola rotasi penanaman. Misalnya dari 1 bedeng ditanami caisim setelah panen kemudian ditanami bayam, kemudian kangkung dan terong dan seterusnya.

Jika petani mampu menerapkan pertanian organik sepenuhnya, dan mengatasi kendala yang bisa menghalangi perkembangan usaha, dari usaha bididaya sayuran organik ini bisa menghasilakan 0mset hingga Rp.10 juta dengan tingkat keuntungan lebih dari 50%. Kabar baiknyausaha ini bisa kembali modal dalam waktu 1 bulan terutama untuk budidaya sayuran daun. Menarik bukan ?

* Dari berbagai sumber

USAHA PUPUK KOMPOS DAN BAHAN PENDUKUNG TANAMAN

Blog ini kami pindahkan ke Http://pelakuukm.blogspot.com.

Silahkan kunjungi blog baru kami dan simak berbagai artikel terbaru serta informasi lainnya menyangkut kegiatan usaha kecil menengah di Indonesia

Pupuk tanaman bisa menjadi peluang bisnis yang menjanjikan, karena berkaitan erat dengan produktivitas tanaman dan berpengaruh terhadap hasil panennya. Apalagi kondisi negara kita adalah negara tropis, mendukung proses pembuatan pupuk tanaman khususnya pupuk organik dari bahan kotoran ternak sapi, ayam, maupun kambing. Lalu bagaimana usaha merintis usaha pupuk tanaman ini. Lebih baik menjadi produsen ataukah menjadi pedagang grosir ?

Pupuk tanaman menjadi kebutuhan mutlak yang diperlukan oleh tanaman. Tanpa pemberian pupuk, hasil panen tanaman tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Jenis pupuk tanaman tebagi atas pupuk organik dan pupuk sintetik. Pupuk organik terbagi menjadi 2 macam, yakni pupuk hijau dan kompos. Kompos terbagi lagi atas 2 macam, yakni pupuk limbah sampah dengan campuran kotoran ternak dan pupuk kompos yang bahan utamanya hanya kotoran ternak. Sedangkan pupuk sintetik terbuat dari bahan kimia sintetik, seperti urea, TSP, NPK, dan lainnya.

Saat ini bentuk pupuk organik atau alami yang dijual dipasaran berbentuk padat dan cair. pupuk cair biasanya terbuat dari urine ternak, misalnya urine kelinci atau sapi yang terfermentasi. Bahan pup cair bisa juga berasal dari padatan yang diperas airnya. Harga pupuk kompos cair biasanya berkisar Rp.30 ribu/500 ml, sedangkan pupuk kompos padat Rp.6 ribu/5 kg atau jika ukurannya lebih besar akan lebih murah, misalnya ukuran 50 kg, yakni bisa mencapai Rp.1.000/kg.

Menurut Son-Son Garsoni, Ketua Asosiasi Produsen Pupuk Kecil Menengah Indonesia, banyaknya lahan pertanian di Indonesia membuat kebutuhan akan pupuk tidak akan pernah hilang alias prospeknya akan terus moncer. Namun untuk saat ini belum bisa dikatakan mana pupuk yang lebih diminati antara pupuk kimia sintetis dan kompos. Kedua jenis pupuk tersebut terkadang bisa saling melengkapi, selain itu juga tergantung segmen  pasar. misalnya pelaku untuk tanaman hias biasanya menggunakan 2 jenis pupuk, misalnya pupuk kompos cai dan pupuk kimia sintetik. Ataupun pelaku usaha pertanian skala besar yang biasanya ingin hasil yang lebih cepat, sehingga untuk pupuk dasar biasanya menggunakan pupuk kompos padat dan untuk tahap selanjutnya juga memakai pupuk kimia sintetis.

Setiap bentuk pupuk kompos memiliki kelebihan dan kekurangan. Pupuk cair memang lebih mudah diserap oleh tanaman, namun konsekuensinya harga akan lebih mahal. Begitu juga sebaliknya, pupuk kompos padat memang lebih murah, namun lebih lama diserap tanaman.

Lokasi Produksi

Proses produksi pupuk alami ini bisa dilakukan dimana saja diseluruh Indonesia. Hal ini karena kondisi tropis negara kita bisa mempermudah dan mempercepat proses fermentasi. Fermentasi di negara tropis bisa hanya memakan waktu 30 harisudah bisa mengeluarkan biogas, namun di negara lain misalnya subtropik butuh waktu lebih lama, yakni 45 hari.

Namun ada baiknya memilih lokasi yang lebih dekat dengan bahan baku, misalnya dekat dengan peternakan hewan, seperti daerah sepanjang Pantura, seluruh Pulau Jawa, areal peternakan di Jawa Timur, Tapanuli, Aceh, Bengkulu, NTT, Irian Jaya yang memilki babi, hingga Sulawesi Selatan. Daerah penghasil pupuk alami saat ini yakni Bandung, Wonosobo, Brastagi, dan Sulawesi Selatan. Di daerah Wonosobo yang banyak lahan temakau, biasanya memakai pupuk dari kotoran babi.

Son-Son Garsoni mengatakan, bahwa kelemahan pupuk kompos di Indonesia karena masih banyak yang belum tersertifikasi dan melalui uji laboratorium. Hal tersebut terjadi karena mahalnya biaya untuk melakukan semua itu. Biaya yang dibutuhkan bisa mencapai puluhan juta rupiah. Sehingga banyak sekali pupuk kompos yang kualitasnya jelek. Akibat tingginya biaya tersebut banyak kompos yang telah terkemas baik, namun menyebabkan tanaman hangus terbakar, mati ataupun kurang produktif.

Untuk mendapatkan sertifikasi kelayakan bisa diajuka ke Departemen Pertanian, sedangkan untuk pengujian produk bisa dilakukan di berbagai lab kimia, misalnya laboratorium kimia di universitas. Untuk uji keefektifannya bisa di Balai Pertanian daerah setempat dan kelayakan jual dibuat di Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

Usaha Produksi Pupuk Tanaman

Jika ingin memulai usaha produksi sebaiknya mencari lokasi yang dekat dengan lokasi bahan baku dan lokasi pasar, karena untuk mengurangi biaya transportasi, baik dalam pembelian bahan baku maupun penjualan produk. Selain itu selalu meng-update teknologi baru pembuatan pupuk. “Sebaiknya untuk di kota produksi kompos lebih ditempat tertutup ataupun menggunakan zat peredam bau berupa bahan karbon yang cara kerjanya menyerap bakteri pathogenpenyebab bau yang berasal dari limbah tersebut,” jelas Son-Son Garsoni.

Dari usaha pembuatan pupuk tanaman khususnya pupuk organik bisa diperoleh keuntungan sampai 50%, karena bahan baku sangat murah, yaitu limbah. Sedangkan untuk usaha penjualan secara grosir, meskipun persentase keuntungannya tidak besar karena hanya berkisar 10-15% dari modal pembelian produk yang akan dijual. Namun bila kuantitas produk yang dijual semakin banyak juga akan semakin meningkatkan keuntungan. Untuk itu pelaku usaha harus pintar-pintar mempengaruhi konsumen, misalnya membuat berbagai layanan yang menarik konsumen untuk menjadi pelanggan kita, lewat diskon harga yang bersaing atau lewat kualitas produk yang kita jual.

Persaingan Usaha

Persaingan usaha pupuk kimia sintetik tidak terlalu ketat, karena pupuk kimia di Indonesia masih dipegang oleh industri besar bahkan ada yang masih impor. Sedangkan untuk pupuk kompos persingan cukup ketat, namun hal tersebut justru membawa kebaikan, yakni banyak produsen berlomba-lomba membuat pupuk kompos lebih cepat siap pakai, misalnya yang dulu bisa memakan waktu 1-2 bulan, sekarang banyak yang membuat pupuk dalam 7-10 hari.

Yang menjadi kendala dalam usaha ini biasanya mengenai harga. Harga pupuk dalam berat tertentu menjadi sangat murah misalnya Rp.1.000/kg. Dengan adanya transportasi yang berbeda jaraknya tidak mungkin menerapkan dengan harga yang sama. Hal tersebut bisa diatasi dengan membuat tarif biaya angkut jauh-dekat.

Masalah yang biasanya dihadapai produsen pupuk, yakni kekurangan bahan baku dari kotoran unggas, karena volume kotoran unggas pasti lebih sedikit dari kotoran hewan ruminansia. Namun hal itu bisa diatasi dengan mencampur kotoran unggas dengan kotoran hewan ruminansia. Jika tidak ingin menggunakan EM4, untuk mempercepat proses fermentasi bisa menggunakan urine dan limbah nanas.

Usaha Pendukung Tanaman

Selain pupuk, usaha pendukung pemeliharaan tanaman berupa peralatan pertanian seperti sprayer, pot, cangkul dan lain-lainnya, juga tak kalah moncernya dengan pupuk, karena semakin kedepan memelihara tanaman seperti kebutuhan wajib dari masyarakat, terutama pada wilayah perkotaan.

Pada usaha penjualan pendukung pemeliharaan tanaman ini keuntungan yang diperoleh pedagang tergantung pada kuantitas produk yang dijual. Jika Anda memposisikan sebagai pedagang grosir maka keuntungannya sekitar 15%, namun bila Anda memposisikan sebagi pedagang eceran, tentu saja keuntungan yang akan Anda dapatkan jauh lebih besar.

Untuk lokasi pendukung pemeliharaan tanaman, akan sangat strategis jika Anda memilih di jalan raya utama, atau didekat pedagang tanaman, atau bisa juga Anda yang tinggal di perumahan, Anda bisa menempati ruko atau rumah Anda. dan biasanya keberadaan penjual pendukung pemeliharaan tanaman di perumahan itu justru akan laris manis, karena biasanya hampir semua warga perumahan pasti menanam tanaman baik tanaman hias, tabulampot, dan lain-lainnya. Yang perlu diketahui, pelaku usaha ini masih jarang, jadi Anda bisa mengambil kesempatan inibaik sebagai pedagang grosir maupun pedagang eceran.

Lesmana, pemilikgrosir pupuk dan alat pendukung tanaman toko Virgo di Rawabedong, Jakarta Barat mengaku hanya mengambil keuntungan dalam jumlah kecil, karena Ia lebih mementingkan kuantitas (jumlah) penjualan produk. Keuntungan yang diperoleh untuk berbagai produk pendukung tanaman seperti pot, peralatan pertanian, media tanam hanya berkisar 5-10% saja.

Untuk menigkatkan omset tokonya, ada beberapa pedagang grosiran yang membuat sendiri produk yang bisa dijualnya, seperti pupuk kompos, yang dilakukan olehRusdi Djafar, pemilik CV. Diana Phon. Ia memproduksi sendiri pupuk kompos yang dijualnya sehingga keuntungan yang diperoleh bisa lebih besar bahkan hingga mencapai 50%.

*Dari berbagai sumber